Powered By Blogger

Isnin, 4 Oktober 2010

Mencungkil Isi al-Quran..


A documentary about the undeniable common ground between two of the holiest religions of the world, Christianity and Islam, and the differences that were made by the ignorance of mankind. It highlights the essence of One God, and One True Message that was delivered by Moses, Jesus, and Muhammad. All of whom were His prophets. A must watch for any genuine truthseeker who seeks absolute truth regarding the divine. Thanks go to Noreaga and his team for this marvelous series.

cuba tengok video ini dan fikirkan sejenak!..kalau nk tgk sambungannya.pergi tengok di youtube!

Khamis, 2 September 2010

KENAPA AKU?...SEMUA TELAH DIJAWAB!




KENAPA AKU SERING DIUJI?

Firma Allah S.W.T,maksudnya:Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan 

saja mengata;”kami telah beriman,’sedangkan mereka tidak diuji?Dan sesungguhnya 

kami telah menguji orang-orang sebelum mereka,maka sesungguhnya Allah 

mengetahui yang manakah orang yang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui 

siapakah yang dusta.”


(surah al-Ankabut:2-3)

KENAPA AKU TIDAK DAPAT APA YANG AKU IDAM-IDAMKAN?

Firman Allah S.W.T,maksudnya:”Boleh jadi kamu membenci sesuatu pedahal ia amat 

baik bagimu,dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu,padahal ia amat buruk 

bagimu,sesungguhnya Allah amat mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”   

(surah al-Baqarah:216)

KENAPA AKU DIUJI UJIAN SEBERAT INI?

Firman Allah S.W.T,maksudnya”Allah tidak membenani seseorang itu melainkan sesuai 

dengan kesanggupannya.”

(surah al-Baqarah:286)

BAGAIMANAKAH KAN KUHADAPI UJIAN INI?

Firman Allah S.W.T,maksudnya:”Wahai orang yang beriman!Bersabarlah 

kamu(menghadapi segala kesabaran dalam mengerjakan kebaikan),dan kuatkan 

kesabaran kamu daripada kesabaran musuh(di medan perjuangan),dan bersedialah 

serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya,kamu berjaya(mencapai 

kejayaan).”

(surah Ali-Imran)

APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI?

Firman allah S.W.T:maksudnya”Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang mukmin 

diri dan harta mereka dengan memberikan(bayaran)syurga utuk mereka…” 

(surah at-Taubah)


Rabu, 1 September 2010

Muhammad II Al-Fatih: Sang Penakluk Konstantinopel

Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]
Jika anda terkagum-kagum dengan penggambaran perang yang ketat antara Balian of Ibelinmelawan Shalahudin Al-Ayyubi di film Kingdom of Heaven [resensi Priyadi], maka perang antaraConstantine XI Paleologus dengan Muhammad Al-Fatih jauh lebih ketat, tidak hanya dalam hitungan hari tapi berminggu-minggu.
Sultan Muhammad II atau Mehmed Al-Fatih
Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab-Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.
Wilayah Konstantinopel
Upaya pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668M, namun gagal dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra. gugur. Sebelumnya Abu Ayyub sempat berwasiat jika ia wafat meminta dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim. Dan para sahabatnya berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di wilayah Golden Horn.
Generasi berikutnya, baik dari Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah hingga Turki Utsmani pada masa pemerintahan Murad II juga gagal menaklukkan Byzantium. Salah satu peperangan Murad II di wilayah Balkan adalah melawan Vlad Dracul, seorang tokoh Crusader yang bengis dan sadis (Dracula karya Bram Stoker adalah terinsipirasi dari tokoh ini). Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, hingga anak Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Utsmani.
Sejak Sultan Murad I, Turki Utsmani dibangun dengan kemiliteran yang canggih, salah satunya adalah dengan dibentuknya pasukan khusus yang disebut Yanisari. Dengan pasukan militernya Turki Utsmani menguasasi sekeliling Byzantium hingga Constantine merasa terancam, walaupun benteng yang melindungi –bahkan dua lapis– seluruh kota sangat sulit ditembus, Constantine pun meminta bantuan ke Roma, namun konflik gereja yang terjadi tidak menelurkan banyak bala bantuan.
Constantine XI Paleologus
Hari Jumat, 6 April 1453M, Muhammad II atau disebut juga Mehmed bersama gurunya, syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam buatan Urban –teknologi baru pada saat itu– Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai atau perang. Constantine Paleologus menjawab tetap mempertahankan kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan danGiovanni Giustiniani dari Genoa.
Kota dengan benteng 10m-an tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat melalui pasukan altileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan laut Marmara pasukan laut harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah pasukan Constantine mampu mempertahankan celah tersebut dan dengan cepat menumpuk kembali hingga tertutup. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah selat Golden Horn.
29 Mei, setelah sehari istirahat perang Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir pasukan Yanisari. Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.
Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Islam, Yahudi ataupun Kristen. Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah –terutama sekolah untuk kepentingan administratif kota– secara gratis, siapa pun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, bahkan rumah diberikan gratis kepada para pendatang yang bersedia tinggal dan mencari nafkah di reruntuhan kota Byzantium tersebut. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan.
Dan kini Hagia Sophia yang megah berubah fungsi menjadi museum.
Sumber: Alwi Alatas: Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel, Penerbit Zikrul Hakim, 2005

Ramadan Hampir meninggalkan kita...

Sebagai hamba Allah yang yang pasang surut imannya.Adakah bulan yang penuh berkat ini dipersiakan.mula dari 1 ramadan yang lepas sehingga sekarang,berapa banyakkah amalan kita yang kita kerjakan?Dan sekarang..ramadan hampir meninggalkan kita......dan kita masih mempunyai beberapa hari lagi untuk mempertingkatkan amalan kita....tepuk dada tanya iman!..renung-renungkanlah..dan selamat beramal!!

Sejarah Hari Raya Aidilfitri





Setiap perayaan mesti ada sejarahnya. Begitu juga perayaan dalam Islam.kita hanya tahu menyambut sahaja,tetapi tidak tahu tentang sejarahnya. Sejarah hari raya dalam Islam bermula apabila Rasulullah berhijrah ke Madinah. Baginda mendapati ada dua hari raya yang disambut oleh bangsa Arab pada masa itu. Apabila Rasulullah bertanya kepada mereka apakah dua hari raya itu, mereka segera menjawab bahawa dua hari raya yang mereka sambut itu adalah perayaan yang diwarisi secara turun temurun daripada datuk nenek mereka.

Lalu Rasulullah menyatakan kepada orang Arab Madinah bahawa Islam menggantikan dua hari raya yang kamu raikan itu dengan dua hari yang lebih bermakna iaitu Hari Raya korban atau Aidiladha dan Hari Raya Fitrah atau Aidilfitri.

Konsep hari raya dalam Islam jelas menunjukkan bahawa ia adalah perayaan keagamaan. Ini bermakna jika ia disambut di atas landasan agama, maka hari raya yang diraikan itu adalah satu ibadat.

Aidilfitri disambut sebagai suatu kemenangan bagi orang yang dapat mengerjakan ibadat puasa Ramadan dengan sempurna.

Kemenangan itu bukan saja menang kerana berjaya mengawal nafsu makan dan minum selama sebulan pada siang hari sepanjang Ramadan, malah kejayaan menghalang diri daripada melakukan perkara dilarang, di mana jika dilakukan akan terbatal puasanya. Kerana itu Allah menganugerahkan satu hari untuk kita sama-sama meraikan kejayaan daripada kemenangan itu.

Kalimat ‘fitri’ sendiri bermaksud fitrah iaitu dengan kejayaan manusia balik kepada fitrah yang asal. Fitrah asal ini sebenarnya suatu permulaan kejadian manusia yang sememangnya bersih daripada dosa dan noda.

Oleh kerana ia dikatakan sebagai perayaan keagamaan, maka cara menyambut hari raya itu sendiri perlulah mengikut adab dan peraturan tertentu. Apabila saja diumumkan hari raya, maka mulakanlah malamnya dengan aktiviti ibadat. Ini seperti memperbanyakkan solat sunat, bertasbih, bertakbir dan bertahmid sebagai tanda kesyukuran.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Tabrani dari Ubadah bin Soib menyatakan bahawa:
“Sesiapa yang menghidupkan malam Aidilfitri dan Aidiladha dengan amalan yang baik dan ikhlas kerana Allah, maka tidak akan mati hatinya pada hari semua hati-hati akan mati, iaitu hari kiamat.”

Pada pagi hari raya dimulakan dengan membersih diri, bersiap-siap untuk ke masjid menunaikan solat sunat Aidilfitri dan seterusnya menghidupkan ukhwah dengan kunjung mengunjung di kalangan saudara mara dan sahabat handai.

Perlu diingat Islam tidak pernah mengajar umatnya agar untuk berlebih-lebih atau melampau batas dalam menyambut apa saja perayaan. Ini bermakna Islam menegah umatnya melakukan pembaziran dalam menyambut hari raya seperti boros berbelanja semata-mata untuk bergaya dengan pakaian mahal dan kuih muih terlalu banyak.

Pada zaman Rasulullah, datang seorang sahabat kepada baginda dengan berpakaian serba baru, kata sahabat ini: "Ya Rasulullah, pada tahun ini saya tidak dapat dapat menyambut Aidilfitri.” Lalu baginda segera bertanya: “Kenapa wahai saudaraku?” Lelaki itu berkata: "Kerana saya tidak ada baju baru."

Rasulullah kemudian bertanya kepada beberapa sahabat lain, agar sesiapa yang mempunyai baju baru dapat diberikan kepada lelaki tadi. Ini bermakna Islam tidak melarang sesiapa saja untuk bergaya dengan baju baru. Tetapi pengajaran daripada kisah tadi ialah dalam menyambut hari raya tidak semua bernasib baik dengan mempunyai pakaian baru. Lalu, digalak sesiapa yang ingin membuat kebajikan dengan bersedekah apa saja kepada orang yang tidak berupaya.

Konsep hari raya selalunya dikaitkan dengan pembaziran. Membelanjakan wang ringgit untuk membeli secara berlebihan atau membeli sesuatu yang boleh membawa kemudaratan seperti mercun dan bunga api amat salah di sisi agama. Mungkin pembaziran ini berlaku kerana masyarakat kita hidup dalam kemewahan.

Sepatutnya rezeki yang lebih itu disumbangkan kepada saudara seagama lain yang mungkin tidak dapat merayakan hari raya seperti kita.

Satu lagi budaya yang lazim berlaku dalam sambutan hari raya ialah pemberian duit raya. Islam tidak melarang pemberian ini, asalkan tidak melampaui konsep pemberiannya itu. Usahlah kita mendidik anak-anak supaya berkunjung ke rumah jiran semata-mata dengan harapan anak akan diberi duit raya ini. Jika sebaliknya, maka pelbagai anggapan dan prasangka buruk diberikan kepada sesiapa yang tidak melazimkan pemberian itu. Misalnya, dikatakan kedekut, tangkai jering dan bakhil.

Menyentuh soal wang ini, satu kewajipan yang perlu ditunaikan oleh semua umat Islam menjelang Aidilfitri ialah zakat fitrah. Wang zakat ini adalah sumbangan yang akan diberikan kepada golongan yang tidak berupaya, miskin, fakir dan sebagainya mengikut lapan asnaf yang ditetapkan syariat.

Jika Aidilfitri disambut dengan kegembiraan yang melampau tanpa melihat beberapa pengisian yang disebutkan tadi, pasti tujuan asalnya jauh menyimpang. Kedatangan Syawal sepatutnya menginsafkan Muslimin di sebalik makna kemenangan dan kejayaan dalam sambutan Aidilfitri, kita tidak sepatutnya melupakan tuntutan agama.